Adik kecilku, engkau lelah bermain lalu tidurlah
karena esok pagi waktu akan menjemputmu
untuk kembali mendendangkan nada-nada sayu
di hari-harimu yang penuh debu
Adik-adikku yang kecil lucu
bermainlah dengan pandanganmu yang masih kosong
nikmati hidupmu yang terus lowong,
karena ia tidak akan kembali dimasamu yanh ompong
lupakan kekalahan tadi, saat engkau bermain
kekalahan tadi hanyalah tangis buat ibunda
bocah kecilku berlapang dada, engkau mengisi tetes air mata
dalam nyanyian-nyanyian kecilnya.
Bocah kecilku mengurai waktu
dalam suasana yang masih sama namun semu
bahkan meski batas tak terlihat
dari kenangan yang telah kau pahat
Adikku yang kecil wibawa
kekalahan itu bukanlah kekalahan dari segalanya
kenudian janganlah kau menangis buatnya
itu hanya mengisi nyanyian kecilmu yang sirna
pada permainan yang tak tertuntaskan
dan pada segala kecewanya yang pelan
hingga mataharipun mengintipmu di sepanjang jalan
menyinari musim mewarta peta di sela-sela pegunungan
merambat, pelan-pelan dalam bias cita-cita
yang kemudian mengingatkanmu pada suatu masa
dan pada suatu kejadian yang masih semu
yang tak pernah kita bayangkan dulu
di puncak itu musim angin begitu landai menderu
mengiringi langkahmu yang selalu ragu
karena esok pagi waktu akan menjemputmu
untuk kembali mendendangkan nada-nada sayu
di hari-harimu yang penuh debu
Adik-adikku yang kecil lucu
bermainlah dengan pandanganmu yang masih kosong
nikmati hidupmu yang terus lowong,
karena ia tidak akan kembali dimasamu yanh ompong
lupakan kekalahan tadi, saat engkau bermain
kekalahan tadi hanyalah tangis buat ibunda
bocah kecilku berlapang dada, engkau mengisi tetes air mata
dalam nyanyian-nyanyian kecilnya.
Bocah kecilku mengurai waktu
dalam suasana yang masih sama namun semu
bahkan meski batas tak terlihat
dari kenangan yang telah kau pahat
Adikku yang kecil wibawa
kekalahan itu bukanlah kekalahan dari segalanya
kenudian janganlah kau menangis buatnya
itu hanya mengisi nyanyian kecilmu yang sirna
pada permainan yang tak tertuntaskan
dan pada segala kecewanya yang pelan
hingga mataharipun mengintipmu di sepanjang jalan
menyinari musim mewarta peta di sela-sela pegunungan
merambat, pelan-pelan dalam bias cita-cita
yang kemudian mengingatkanmu pada suatu masa
dan pada suatu kejadian yang masih semu
yang tak pernah kita bayangkan dulu
di puncak itu musim angin begitu landai menderu
mengiringi langkahmu yang selalu ragu
NB : Buat adik-adikku yang masih asyik bermain, nikmatikah masa kecilmu, dan bebaskan pikiranmu untuk ber-imajinasi yang kuat, karena masa itu tidak akan datang lagi setelah kamu mulai belajar mengeja kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar