Kemaren, sa’at kita bersama diranjang cemara
kau keringkan hatiku yang kerontang
dan perbedaan itu benar-benar sudah mengawang
di ujung dahimu yang mulai sumbang
Hati ini kecewa, kenapa harus ada perasaan yang berbeda
saat mataku menatap senyum indahmu yang mulai sirna
kemudian kulihat wajahmu
aku masih luluh olehmu
aku masih lumpuh olehmu
tapi sayang, sampai saat ini engkau tak pernah menyadari
dan aku hanya bisa mengagumi
Sayang, aku hanya ingin engkau menjadi maha dewiku
yang akan selalu menjadi bunga dalam hidupku.
Lalu, aku akan pahami bait-bait kehampaan
di tengah tumpukan coretan-coretan tangan
yang maknanya tak bisa ku mengerti
untuk menghadirkan ilusi imajimu dalam kebisuan ini
Andai saja, kau tak kumiliki
aku tak akan mampu menghindari bisikan Ilahi
kemudian jangan kau anggap diriku berlari, apalagi menghindari
karena aku hanya ingin kebahagiaan hakiki
sampai nanti kudapati, dan tak ada tempat tuk rapuh lagi
kau keringkan hatiku yang kerontang
dan perbedaan itu benar-benar sudah mengawang
di ujung dahimu yang mulai sumbang
Hati ini kecewa, kenapa harus ada perasaan yang berbeda
saat mataku menatap senyum indahmu yang mulai sirna
kemudian kulihat wajahmu
aku masih luluh olehmu
aku masih lumpuh olehmu
tapi sayang, sampai saat ini engkau tak pernah menyadari
dan aku hanya bisa mengagumi
Sayang, aku hanya ingin engkau menjadi maha dewiku
yang akan selalu menjadi bunga dalam hidupku.
Lalu, aku akan pahami bait-bait kehampaan
di tengah tumpukan coretan-coretan tangan
yang maknanya tak bisa ku mengerti
untuk menghadirkan ilusi imajimu dalam kebisuan ini
Andai saja, kau tak kumiliki
aku tak akan mampu menghindari bisikan Ilahi
kemudian jangan kau anggap diriku berlari, apalagi menghindari
karena aku hanya ingin kebahagiaan hakiki
sampai nanti kudapati, dan tak ada tempat tuk rapuh lagi
0 komentar:
Posting Komentar