Selamat Datang di http://ghanie-np.blogspot.com Dan Selamat Menikmati Sepenggal Taqdir Dari Anak Kepulauan Ini
Mohon ma'af sebelumnya, sudah lama tidak saya Update, karena masih banyak kesibukan yang harus saya selesaikan.
Sekedar Kata Pengantar :
Kureguk kopi sambil menyelesaikan satu puisi. Kamu di sisiku, menjadi kitab refrensiku. Kubuka halaman hatimu, tak kutemukan kata pengganti yang lebih indah untuk kutulis. Selamat Menikmati...

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAKU

BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI YANG PALING UTAMA
Dalam abad ini kita telah menyaksikan serangkaian revolusi dalam bidang ilmu bahasa, sebagian akibat perkembangan politik, seperti halnya di Indonesia yang memproklamasikan bahasa Indonesia puluhan tahun yang lalu- dan sebagian lagi mungkin sebagai akibat peledakan penduduk, urbanisasi atau kemajuan teknologi.

Pemaparan di atas membuktikan kait mengaitnya bahasa, media massa dan pengembangan kebudayaan. Kemajuan kebudayaan yang mengarah pada globalisasi. Di antara sekian banyak peninggalan sejarah masa lampau, rasanya tidak ada yang nilainya setinggi bahasa sebagai alat penerus kebudayan. Dapat kita bayangkan betapa terhambatnya perkembangan perabadan manusia, seandainya tidak ada buku-buku sejarah, tidak ada buku-buku agama, tidak ada catatan-catatan penemuan berbagai ilmu pengetahuan, tidak ada buku-buku sastera dan budaya, tidak ada alat-alat komunikasi modern yang
Rata Penuh semuanya mengandalkan bahasa sebagai sarananya.

Mengenai perannya dalam media massa, sebagai penerus kebudayaan, peran bahasa itu tidak akan sehebat sekarang tanpa dukungan teknologi maju media massa. Berbicara tentang teknologi maju media massa, TV dunia telah menjadi bisnis besar dan akan semakin besar. Contohnya : CNN, HBO, STAR TV... itu hanya menyebut beberapa. Kita melihat film-film maupun video asing -Amerika, Australia, Hongkong, India, dan beberapa lainnya diputar di Indonesia.

Berapa besar pengaruhnya terhadap budaya kita? Untuk itu kita bisa menulis makalah sendiri. Tetapi yang jelas, pengaruhnya cukup besar terhadap pemakaian bahasa Indonesia. Amati bagaimana cara penyiar kita membawakan acara-acara di TV kita. Bukan hanya penampilannya yang bercirikan global; bahkan cara membawakan bahasanya pun cenderung bermuatan asing yang sering melanggar aturan-aturan bahasa kita, termasuk intonasinya.

Kalau kita berbicara tentang masyarakat penutur bahasa Indonesia, kita bukannya berbicara tentang penduduk yang jumlahnya sekitar 200 juta. Menurut sinyalemen Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dewasa ini yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu jumlahnya hanya sekitar 30% dari seluruh penduduk Indonesia. Jumlah itu kira-kira sama dengan jumlah penduduk yang diperkirakan tinggal di daerah-daerah perkotaan sekarang ini.
Masalah kebahasaan, seperti halnya masalah politik, ekonomi atau masalah kebudayaan adalah masalah bersama. Karena bahasa mencerminkan sikap, perilaku, dan kemajuan suatu bangsa, maka jika kita mencermati perkembangan bahasa -seyogianya bisa mengerti kalau perkembangan bahasa Indonesia belum sesuai dengan yang kita harapkan. Yang penting adalah: bagaimana komitmen kita untuk selalu memberikan perhatian agar perkembangan positif bahasa kita tidak tertinggal dari perkembangan positif unsur-unsur lain dalam kebudayaan kita.

BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU
1. Pengertian bahasa baku
Meskipun sudah sering didengar, ternyata belum semua orang memahami makna istilah “baik dan benar” dalam berbahasa. Tidak semua bahasa yang baik itu benar dan sebaliknya, tidak semua bahasa yang benar itu baik. Tentunya yang terbaik adalah bisa berbahasa dengan baik dan benar. Untuk dapat melakukannya, perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan baik dan benar tersebut. Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai. Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa).

2.Pengertian bahasa tidak baku
Ejaan yang tidak benar atau ejaan salah.

Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
  1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
  2. Penggunaan kata kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
  3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
  4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
  5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
Ciri-ciri bahasa yang baku biasanya digunakan dalam:
  1. Resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat Komunikasi dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
  2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
  3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
  4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.
Misalnya:
1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
• Gubernur meninjau daerah kebakaran.
• Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.
2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
• Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
• Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.
3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
• Surat anda sudah saya terima.
• Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku
• Surat anda saya sudah terima.
• Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
• Anaknya - dia punya anak
• Membersihkan - bikin bersih
• Memberitahukan - kasih tahu
• Mereka - dia orang
5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
• dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
• Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
• Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
• Paman saya mobilnya baru.

4. Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali - cantik banget
- lurus saja - lempeng saja
- masih kacau - masih sembraut
- uang - duit
- tidak mudah - enggak gampang
- diikat dengan kawat - diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya - gimana kabarnya

5. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- bersama-sama - bersama2
- melipatgandakan - melipat gandakan
- pergi ke pasar - pergi kepasar
- ekspres - ekspres, espres
- sistem - sistim

6. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah.
Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap - atep
- menggunakan – menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalaw - kalo,kalo’
- habis – abis
- dengan – dengen
- subuh – subueh
- senin – senen
- mantap – mantep
- pergi – pigi
- hilang – ilang
- dalam – dalem

7. Penggunaan Kalimat Secara Efektip
Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.
Keefektipan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:
1. Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:
Bahasa Baku
- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa tidak aman.
Bahasa Tidak Baku
- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya.
2. Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya:
Bahasa Baku
- Dia datang ketika kami sedang makan.
- Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang.

Bahasa Tidak Baku
- Ketika kami sedang makan dia datang.
- Loket belum dibuka dan hari tidak hujan.

3. Penggunaan kata secara tepat dan efesien. Misalnya:
Bahasa Baku
- Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah.
- Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras.
2003 Digitalized by USU digita library 4
Bahasa Tidak Baku
- Korban kecelakaan bulan ini naik.
- Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras.
4. Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang
ingin ditonjolkan. Misalnya:
Kalimat Biasa
- Dia pergi dengan diam-diam.
- Dengan pisau dikupasnya mangga itu.
Kalimat Bertekanan
- Dengan pisau dikupasnya mangga itu.
Kalimat Bertekanan
- Pergilah daia dengan diam-diam.
- Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.

comment 2 komentar:

Aisha on 9 November 2010 pukul 09.23 mengatakan...

Helpfully article,bro.Thanks telah berkunjung ke blog saya.

yusuf on 27 April 2011 pukul 05.50 mengatakan...

coba anda uraikan perkembangan makna bahasa baku?

Posting Komentar

 
© Sepenggal Taqdir | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger