Aku belum bisa memandangmu,
karena sinarmu silau di mataku,
karena senyummu terlalu agung untuk wujudku.
Terpaksa aku memandang nyalang,
ditengah rerimbunan ilalang.
Sa’at kata cinta menguar di angkasa,
menghanyutkan gemawan mega,
mengaburkan ke-indahan bintang gemintang,
di-sini, aku masih tetap berdiri dalam keraguan.
Tak mengerti dan terus bertanya,
apakah se-laut cinta lebih manis ketimbang setetes embun?,
apakah kebahagiaan akan tercapai harus dengan memiliki?,
dan apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja?.
Ternyata tanya itu telah membawaku ke dalam labirin tua,
lorong pekat penuh lembap yang dindingnya terhias dusta,
dan tiap simpangannya menyesatkan pengelana.
Dulu aku memang sering jatuh cinta,
berlayar dari pelabuhan ke pelabuhan,
untuk akhirnya meringkuk dalam kekecewaan,
ternyata itu bukan cinta,
hanya keinginan dan nafsu belaka.
Jalan setapak menuju sebuah danau yang masih berkabut,
kulalui ketika ayam belum mulai berkokok,
untuk menemukan sosokmu,
yang berselendang putih menikmati kehangatan sepertiga malam.
Merinding aku menyadari semua ini,
aku ingin mengakhiri petualanganku,
tapi benarkah begitu saja petualangan ini harus berakhir,
tentu saja aku sendiri tidak tahu.
Biarlah masa depan menjadi selembar pernyataan,
bahwa aku ingin benar-benar mengakhirinya,
melabuhkan jangkarku di pelabuhanmu,
untuk meninggalkan masa lalu,
mengolah bumi,
menanam kasih,
menyiangi ego,
mendayung di danau tempat engkau mandi,
dan membangun rumah beratap langit di tepinya, Bersamamu......
Surabaya, 12, 012011
Mohon ma'af sebelumnya, sudah lama tidak saya Update, karena masih banyak kesibukan yang harus saya selesaikan.
Sekedar Kata Pengantar :
Kureguk kopi sambil menyelesaikan satu puisi. Kamu di sisiku, menjadi kitab refrensiku. Kubuka halaman hatimu, tak kutemukan kata pengganti yang lebih indah untuk kutulis. Selamat Menikmati...
Sekedar Kata Pengantar :
Kureguk kopi sambil menyelesaikan satu puisi. Kamu di sisiku, menjadi kitab refrensiku. Kubuka halaman hatimu, tak kutemukan kata pengganti yang lebih indah untuk kutulis. Selamat Menikmati...
Puisi
Ruang Sahabat
Ruang Sahabat
4 komentar:
Lebur hati yang niscaya merekah,,
dalam tiap tenda-tenda bahagia..
akan datang dimana waktunya,,
saat dayungmu tak lagi mendayu,
saat kakimu tak lagi melangkah,
saat mega mu tak lagi kelabu...
dan pandanglah ia,,yg datang menawar kecewamu,,
dengan seteguk madu, dan kelambu cinta yang sejati...
Mantab Mbak Puisinya???, trmksih, nnt biar tak buat bahan tambahan d episode selanjutnya :-)
ah, itu mah g ada apa2nya di banding puisi nya mas... Terus berkarya mas... \(^_^)/
oke trmksih Dik, smoga karya selanjutnya bsa dinikmati lagi.
panggil adik aj cz lbh muda.
Posting Komentar