Pendahuluan
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
Prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan membentuk falsafah pendididkan Islam, maka patutlah sekarang kitqa bicarakan dari satu segi lain diantara segi-segi pendidikan Islam, yang dimaksud itu adalah segi metode mengajar, teknik dan alat-alat mengajarnya yang kita anggap dulu sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan salah satu bagian kurikulum dalam pengertiannya yang luas dan menyeluruh.
Pokok-pokok dasar yang masuk dalam metode mengajar dalam pendidikan Islam dan yang akan kita uraikan dengan ringkas adalah sebagai berikut:
1. Konsep Metode Mengajar Dan Pentingnya Dalam Pendidikan Islam
2. Metode Mengajar Umum Yang Terpenting Dalam Pendidikan Islam
a. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif
b. Metode Perbandingan (Qiasiah)
c. Metode Kuliah
d. Metode Dialog dan Perbincangan
e. Metode Lingkaran (Halaqoh), Riwayat, Mendengar dan Membaca, Dikte dan Hafalan, Pemahaman dan Lawatan
A. Konsep Metode Mengajar Dan Pentingnya Dalam Pendidikan Islam
Dalam buku falsafah pendidikan Islam, ada lima definisi tentang metode mengajar, diantaranya ialah:
1. Prof. Mohd. Athiyah Al-Abrasyi mendifinisikan metode mengajar adalah jalan yang kita ikuti unutk memberi paham kepada murid-mirid segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode mengajar adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memsuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas itu setelah kita memasukinya.
2. Prof. Mohd. Abd. Rahim Gunaimah, mendefinisikan metode mengajar adalah sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.
3. Prof. Ali Al-Jumbalati dan Abu Al Fath Attawanisi mendefinisikan metode mengajar adalah sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan maklumat ke otak murid-murid.
4. Prof. Soleh Abd Aziz dan DR. Abd Aziz dan Abd Majid, meminjam dua makna metode mengajar dari pendidikan amerika Kilpatrick, yaitu makna yang sempit yang bertujuan menyampaikan maklumat, dan makna yang luas dan menyeluruh, yaitu memperoleh maklumat-maklumat ditambah dengan pandangan kebiasaan berfikir dan lain-lain. Dan pandangan-pandangan ini seperti cinta pada ilmu, guru dan sekolah, menghormati dan mencintai orang lain, dan bergantung pada diri sendiri.
5. Edgar Bruce Wesley, mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan adalah sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau proses yang pelaksanakannya yang sempurna yang sempurna menghsilkan proses belajar, atau jalan yang dengannya mengajan itu menjadiberkesan.
Dari beberapa definisi ini, dapat disimpulkan mengenai definisi metode mengajar secara general. Metode mengajar adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Difinisi ini adalah merupakan sebuah konsep yang dijelaskan dalam buku falsafah pendidikan Islam, yang seharusnya metode mengajaran semacam ini sudah jelas tidak sesuai dengan keadaan-keadaan pendidikan Islam yang terjadi saat ini. Kalau metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian mata pelajaran yang diajarkannya. Bisa jadi segala sesuatu yang dikerjakan oleh guru dimungkinkan akan dikerjakan oleh murid-muridnya juga, pemahaman seperti inilah hanya melihat dari segi makna guru secara bahasa saja. Kalau dulu orang mendefinisikan bahwa guru adalah digugu dan tiru maka sekarang guru tidak lagi bermakna seperti itu. Karena kalau kita mengacu kepada konsep guru yang seperti itu, justru guru tidak pernah memberi kebebesan atau keterampilan dan kreatifitas terhadap murid-muridnya. Dikarenakan murid-murid tersebut sudah terkonstruk dengan konsep bahwa segala segi kegiatan yang dikerjakan oleh guru adalah benar dan baik. Padahal sudah jelas pendapat-pendapat moderen yang telah mewarnai dalam dunia pendidikan islam mengenai metode mengajar yang baik dan yang seharusnya diterapkan saat ini. Ia mengatakan dalam metode pengajaran bahwa proses pendidikan bukanlah proses pengisian dari pihak guru dan bahwa peranan positif itu tidak terbatas pada guru sendiri saja, tetapi ia merupakan proses perubahan pada tingkah laku bahwa pelajar memegang peranan yang sangat besar. Jadi disini sudah jelas bahwa dari difinisi inilah memang murid harus benar-benar diberi kebebasan oleh seorang guru. Oleh karena itu, dalam pendidikan islam guru hendaknya menempuh metode pendidikan yang jitu sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al Qur’anul karim dan as Sunnah Nabawiyah, karena para guru ikut berpartisipasi dalam menyiapkan generasi muslim pada masa yang akan datang, tapi bukan berarti guru tidak memberi kebebasan dalam mengembangkan kreativitas muridnya, karena guru disini adalah hanya sebagai fasilitator saja. Oleh karena itu seorang guru harus secara rasional dalam menentukan metode mengajar, karena rasionalisme adalah sebagai dasar pendidikan.
Oleh sebab pentingnya pendidikan yang dipunya oleh metode mengajar dalam ilmu pendidikan, dan dalam pekerjaan mengajar. Maka para pendidik dalam berbagai zaman harus menaruh perhatian besar untuk mengangkat dan memperbaiki metode mengajar dan alat-alatnya melalui penentuan syarat-syarat dan prinsip-prinsip yang harus dipelihara pada metode ini dan menjalankan percobaan-percobaan dan penyelidikan-penyelidikan yang bertujuan untuk memperbaikinya.
B. Metode Mengajar Umum Yang Terpenting Dalam Pendidikan Islam
A. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif
Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajaran untuk mengetahui fakta-fakta melalui jalan kesimpulan atau induksi.
Kalau guru sedang mengajar tentang pelaku (fa’il), misalnya, kepada murid-murinya dan ia ingin menggunakan metode ini pada pengajarannya maka sesudah pendahuluan harus ia mengemukakan kepada murid-muridnya banyak contoh tentang kalimat verbal (jumlah fi’liah) yang asasnya terjadi atas kata kerja dan pelaku (fa’il) dan ia membandingkan kepada mereka contoh-contoh ini untuk menentukan sifat-sifat bersama antaranya.
Metode yang ini kalau digunakan pada era sekarang jelas kurang relevan, karena metode seperti ini menyulitkan anak didik dalam memahami suatu pelajaran.
B. Metode Perbandingan (Qiasiah)
Metode ini, berbeda dengan metode induktif dimana perpindahan metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian kecil dimana disebutkan umum dahulu kemudian diberi missal-misal dan princian-perincian yang menjelaskannya.
C. Metode Kuliah
Metode kuliyah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara penting yang ingin dibincangkannya.
D. Metode Dialog dan Perbincangan
Metode dialog adalah yang berdasarkan pada dialog perbincangan melalui Tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikeritik dan dibantah lagi.
E. Metode Lingkaran (Halaqoh), Riwayat, Mendengar dan Membaca, Dikte dan Hafalan, Pemahaman dan Lawatan
1. Lingkaran (halaqoh)
Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan pendidikan dalam dunia islam semenjak bermulanya dakwah islamiah, pelajaran-pelajaran mengelilingi gurunya bulatan untuk mendengarkan sarahannya.
2. Riwayat
Metode ini dianggap salah satu mitode dasar yang digunakan oleh pendidikan islam.
Hadist, bahasa dan sastra arab termasuk ilmu-ilmu islam dan segi pemikiran islam yang paling banyak menggunakan riwayat dan bergantung padanya.
3. Mendengar dan membaca
Meriwayatkan ilmu pada abad pertama dakwa islamiah tergantung penuh pada pendengaran saja.
Sebab tulisan dan pembacaan belum tersebar luas dalam masyarakat islam pada waktu itu, dan juga oleh karena ahli pada abad ini tidak suka menulis apa yang diriwayatkannya.
4. Dikte dan hafalan
Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri.
Diantara factor-faktor yang menbantu untuk menarik perhatian umat islam melihara dan menyebarkan sebagai salah satu jalan pada abad pertama hijriah.
5. Metode Imla’
Metode imla’ adalah metode yang berikut sesudah metode mendengar. Tersiarnya metode imla’ ini disebabkan oleh tersiarnya kertas dan tulisan.
6. Pemahaman dan lawatan
Sekalipun ulama-ulama islam menaruh perhatian pada hafalan dan ingatan mereka tidaklah melalaikan sama sekali pemeliharaan terhadap pemikiran yang dihafalkan dan menjelaskan, menganalisa dan memahaminya sebenar-benarnya.
7. Metode pemahaman
Sekalipun ulama’-ulama’ islam menaruh perhatian pada hafalan dan ingatan mereka tidaklah melalaikan sama sekali pemeliharaan terhadap pemikiran yang dihafalkan dan menjelasakan, menganalisa dan memahaminya sebenar-benarnya.
8. Metode lawatan untuk menuntut ilmu
Pendidik-pendidik islam menaruh perhatian besar terhadap lawatan dan perkunjungan ilmiah dan dianggapnya sebagai metode yang paling bermanfaat didalam menuntut ilmu memperoleh pengetahuan, meriwayatkan hadist, sejarah, syair-syair keislaman.
Dari beberapa metode yang dijelaskan dalam falsafah pendidikan islam ini sudah tidak seharusnya diterapkan pada saat ini, karena metode-metode ini akan menjenuhkan anak didik atau murid-muridnya. Metode-metode yang seharusnya diterapkan saat ini ialah metode yang sangat simple sekali akan tetapi dapat menghasilkan dan mencetak peserta didik (murid) yang lebih baik. Kalau kita melihat, metode-metode yang diterapkan saat ini khususnya dalam dunia pendidikan islam, hanya ada tiga metode yang sangat berperan dalam mengembangkan keilmuan dan kreatifitas dari peserta didik.
Ada tiga metode yang umum diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini, diantaranya adalah:
a. Metode Ceramah
Metode ini, adalah metode yang biasa dilakukan oleh seorang guru untuk memberikan pemahaman-pemahaman sebelum guru melangkah pada metode-metode selanjudnya. Jadi, dari sini guru diharapkan mampu dan mempunyai pengetahuan yang luas, keterampilan yang baik dan pengalaman yang banyak. Dari inilah guru dapat menerapkan metode ceramah dengan lebih baik, dan mudah untuk memberikan metode pembelajaran yang gampang ditangkap oleh peserta didik.
b. Metode Diskusi
Metode ini, yang berperan aktif adalah para murid-muritnya. Dalam metode ini guru sangat jelas sekali sebagai fasilitator, karena dalam metode ini diharapkan murid bias lebiih aktif dari pada gurunya. Dan jika dibutuhkan guru hanya sebagai penengah dan meluruskan pendapat-pendapat yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
c. Metode Praktek
Metode ini, ialah pengaplikasian dari metode-metode sebelumnya. misalnya, kita contohkan pada kurikulum MI pada mata pelajaran membaca Alquran (Iqra) dan shalat. Pembelajaran ini tidak akan pernah berhasil jika tidak diperaktekkan oleh murid tersebut. Karena itu, guru mengajar dan melatih murid yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan sholat. Dengan demikian, kurikulum yang disajikan akan mampu mencapai tujuannya. Intinya guru hendaknya memberikan contoh yang baik sesuai tuntunan Alquran dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari. Dengan harapan, peserta didik nantinya memiliki kecerdasan intelektual yang terbukti dengan prestasi akademik nasional dan internasional, emosional dan spiritual.
Metode inilah yang sekarang umum diterapkan dalam dunia pendidikan, karena metode ini sebenarnya mencakup dari semua metode-metode yang telah dijelaskan didalam falsafah pendidikan islam. Disamping itu, metode ini sangat simple sekali, dan murid tidak akan merasa terbebani dengan beberapa metode yang seperti dijelaskan didalam falsafah pendidikan islam.
Daftar Pustaka
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Prof. Dr., Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975.
Ahmad Tafsir, Prof, Dr, Filasafat Pendidikan Islam, Cet. I, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
Prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan membentuk falsafah pendididkan Islam, maka patutlah sekarang kitqa bicarakan dari satu segi lain diantara segi-segi pendidikan Islam, yang dimaksud itu adalah segi metode mengajar, teknik dan alat-alat mengajarnya yang kita anggap dulu sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan salah satu bagian kurikulum dalam pengertiannya yang luas dan menyeluruh.
Pokok-pokok dasar yang masuk dalam metode mengajar dalam pendidikan Islam dan yang akan kita uraikan dengan ringkas adalah sebagai berikut:
1. Konsep Metode Mengajar Dan Pentingnya Dalam Pendidikan Islam
2. Metode Mengajar Umum Yang Terpenting Dalam Pendidikan Islam
a. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif
b. Metode Perbandingan (Qiasiah)
c. Metode Kuliah
d. Metode Dialog dan Perbincangan
e. Metode Lingkaran (Halaqoh), Riwayat, Mendengar dan Membaca, Dikte dan Hafalan, Pemahaman dan Lawatan
A. Konsep Metode Mengajar Dan Pentingnya Dalam Pendidikan Islam
Dalam buku falsafah pendidikan Islam, ada lima definisi tentang metode mengajar, diantaranya ialah:
1. Prof. Mohd. Athiyah Al-Abrasyi mendifinisikan metode mengajar adalah jalan yang kita ikuti unutk memberi paham kepada murid-mirid segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode mengajar adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memsuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas itu setelah kita memasukinya.
2. Prof. Mohd. Abd. Rahim Gunaimah, mendefinisikan metode mengajar adalah sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.
3. Prof. Ali Al-Jumbalati dan Abu Al Fath Attawanisi mendefinisikan metode mengajar adalah sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan maklumat ke otak murid-murid.
4. Prof. Soleh Abd Aziz dan DR. Abd Aziz dan Abd Majid, meminjam dua makna metode mengajar dari pendidikan amerika Kilpatrick, yaitu makna yang sempit yang bertujuan menyampaikan maklumat, dan makna yang luas dan menyeluruh, yaitu memperoleh maklumat-maklumat ditambah dengan pandangan kebiasaan berfikir dan lain-lain. Dan pandangan-pandangan ini seperti cinta pada ilmu, guru dan sekolah, menghormati dan mencintai orang lain, dan bergantung pada diri sendiri.
5. Edgar Bruce Wesley, mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan adalah sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau proses yang pelaksanakannya yang sempurna yang sempurna menghsilkan proses belajar, atau jalan yang dengannya mengajan itu menjadiberkesan.
Dari beberapa definisi ini, dapat disimpulkan mengenai definisi metode mengajar secara general. Metode mengajar adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Difinisi ini adalah merupakan sebuah konsep yang dijelaskan dalam buku falsafah pendidikan Islam, yang seharusnya metode mengajaran semacam ini sudah jelas tidak sesuai dengan keadaan-keadaan pendidikan Islam yang terjadi saat ini. Kalau metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian mata pelajaran yang diajarkannya. Bisa jadi segala sesuatu yang dikerjakan oleh guru dimungkinkan akan dikerjakan oleh murid-muridnya juga, pemahaman seperti inilah hanya melihat dari segi makna guru secara bahasa saja. Kalau dulu orang mendefinisikan bahwa guru adalah digugu dan tiru maka sekarang guru tidak lagi bermakna seperti itu. Karena kalau kita mengacu kepada konsep guru yang seperti itu, justru guru tidak pernah memberi kebebesan atau keterampilan dan kreatifitas terhadap murid-muridnya. Dikarenakan murid-murid tersebut sudah terkonstruk dengan konsep bahwa segala segi kegiatan yang dikerjakan oleh guru adalah benar dan baik. Padahal sudah jelas pendapat-pendapat moderen yang telah mewarnai dalam dunia pendidikan islam mengenai metode mengajar yang baik dan yang seharusnya diterapkan saat ini. Ia mengatakan dalam metode pengajaran bahwa proses pendidikan bukanlah proses pengisian dari pihak guru dan bahwa peranan positif itu tidak terbatas pada guru sendiri saja, tetapi ia merupakan proses perubahan pada tingkah laku bahwa pelajar memegang peranan yang sangat besar. Jadi disini sudah jelas bahwa dari difinisi inilah memang murid harus benar-benar diberi kebebasan oleh seorang guru. Oleh karena itu, dalam pendidikan islam guru hendaknya menempuh metode pendidikan yang jitu sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al Qur’anul karim dan as Sunnah Nabawiyah, karena para guru ikut berpartisipasi dalam menyiapkan generasi muslim pada masa yang akan datang, tapi bukan berarti guru tidak memberi kebebasan dalam mengembangkan kreativitas muridnya, karena guru disini adalah hanya sebagai fasilitator saja. Oleh karena itu seorang guru harus secara rasional dalam menentukan metode mengajar, karena rasionalisme adalah sebagai dasar pendidikan.
Oleh sebab pentingnya pendidikan yang dipunya oleh metode mengajar dalam ilmu pendidikan, dan dalam pekerjaan mengajar. Maka para pendidik dalam berbagai zaman harus menaruh perhatian besar untuk mengangkat dan memperbaiki metode mengajar dan alat-alatnya melalui penentuan syarat-syarat dan prinsip-prinsip yang harus dipelihara pada metode ini dan menjalankan percobaan-percobaan dan penyelidikan-penyelidikan yang bertujuan untuk memperbaikinya.
B. Metode Mengajar Umum Yang Terpenting Dalam Pendidikan Islam
A. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif
Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajaran untuk mengetahui fakta-fakta melalui jalan kesimpulan atau induksi.
Kalau guru sedang mengajar tentang pelaku (fa’il), misalnya, kepada murid-murinya dan ia ingin menggunakan metode ini pada pengajarannya maka sesudah pendahuluan harus ia mengemukakan kepada murid-muridnya banyak contoh tentang kalimat verbal (jumlah fi’liah) yang asasnya terjadi atas kata kerja dan pelaku (fa’il) dan ia membandingkan kepada mereka contoh-contoh ini untuk menentukan sifat-sifat bersama antaranya.
Metode yang ini kalau digunakan pada era sekarang jelas kurang relevan, karena metode seperti ini menyulitkan anak didik dalam memahami suatu pelajaran.
B. Metode Perbandingan (Qiasiah)
Metode ini, berbeda dengan metode induktif dimana perpindahan metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian kecil dimana disebutkan umum dahulu kemudian diberi missal-misal dan princian-perincian yang menjelaskannya.
C. Metode Kuliah
Metode kuliyah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara penting yang ingin dibincangkannya.
D. Metode Dialog dan Perbincangan
Metode dialog adalah yang berdasarkan pada dialog perbincangan melalui Tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikeritik dan dibantah lagi.
E. Metode Lingkaran (Halaqoh), Riwayat, Mendengar dan Membaca, Dikte dan Hafalan, Pemahaman dan Lawatan
1. Lingkaran (halaqoh)
Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan pendidikan dalam dunia islam semenjak bermulanya dakwah islamiah, pelajaran-pelajaran mengelilingi gurunya bulatan untuk mendengarkan sarahannya.
2. Riwayat
Metode ini dianggap salah satu mitode dasar yang digunakan oleh pendidikan islam.
Hadist, bahasa dan sastra arab termasuk ilmu-ilmu islam dan segi pemikiran islam yang paling banyak menggunakan riwayat dan bergantung padanya.
3. Mendengar dan membaca
Meriwayatkan ilmu pada abad pertama dakwa islamiah tergantung penuh pada pendengaran saja.
Sebab tulisan dan pembacaan belum tersebar luas dalam masyarakat islam pada waktu itu, dan juga oleh karena ahli pada abad ini tidak suka menulis apa yang diriwayatkannya.
4. Dikte dan hafalan
Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri.
Diantara factor-faktor yang menbantu untuk menarik perhatian umat islam melihara dan menyebarkan sebagai salah satu jalan pada abad pertama hijriah.
5. Metode Imla’
Metode imla’ adalah metode yang berikut sesudah metode mendengar. Tersiarnya metode imla’ ini disebabkan oleh tersiarnya kertas dan tulisan.
6. Pemahaman dan lawatan
Sekalipun ulama-ulama islam menaruh perhatian pada hafalan dan ingatan mereka tidaklah melalaikan sama sekali pemeliharaan terhadap pemikiran yang dihafalkan dan menjelaskan, menganalisa dan memahaminya sebenar-benarnya.
7. Metode pemahaman
Sekalipun ulama’-ulama’ islam menaruh perhatian pada hafalan dan ingatan mereka tidaklah melalaikan sama sekali pemeliharaan terhadap pemikiran yang dihafalkan dan menjelasakan, menganalisa dan memahaminya sebenar-benarnya.
8. Metode lawatan untuk menuntut ilmu
Pendidik-pendidik islam menaruh perhatian besar terhadap lawatan dan perkunjungan ilmiah dan dianggapnya sebagai metode yang paling bermanfaat didalam menuntut ilmu memperoleh pengetahuan, meriwayatkan hadist, sejarah, syair-syair keislaman.
Dari beberapa metode yang dijelaskan dalam falsafah pendidikan islam ini sudah tidak seharusnya diterapkan pada saat ini, karena metode-metode ini akan menjenuhkan anak didik atau murid-muridnya. Metode-metode yang seharusnya diterapkan saat ini ialah metode yang sangat simple sekali akan tetapi dapat menghasilkan dan mencetak peserta didik (murid) yang lebih baik. Kalau kita melihat, metode-metode yang diterapkan saat ini khususnya dalam dunia pendidikan islam, hanya ada tiga metode yang sangat berperan dalam mengembangkan keilmuan dan kreatifitas dari peserta didik.
Ada tiga metode yang umum diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini, diantaranya adalah:
a. Metode Ceramah
Metode ini, adalah metode yang biasa dilakukan oleh seorang guru untuk memberikan pemahaman-pemahaman sebelum guru melangkah pada metode-metode selanjudnya. Jadi, dari sini guru diharapkan mampu dan mempunyai pengetahuan yang luas, keterampilan yang baik dan pengalaman yang banyak. Dari inilah guru dapat menerapkan metode ceramah dengan lebih baik, dan mudah untuk memberikan metode pembelajaran yang gampang ditangkap oleh peserta didik.
b. Metode Diskusi
Metode ini, yang berperan aktif adalah para murid-muritnya. Dalam metode ini guru sangat jelas sekali sebagai fasilitator, karena dalam metode ini diharapkan murid bias lebiih aktif dari pada gurunya. Dan jika dibutuhkan guru hanya sebagai penengah dan meluruskan pendapat-pendapat yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
c. Metode Praktek
Metode ini, ialah pengaplikasian dari metode-metode sebelumnya. misalnya, kita contohkan pada kurikulum MI pada mata pelajaran membaca Alquran (Iqra) dan shalat. Pembelajaran ini tidak akan pernah berhasil jika tidak diperaktekkan oleh murid tersebut. Karena itu, guru mengajar dan melatih murid yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan sholat. Dengan demikian, kurikulum yang disajikan akan mampu mencapai tujuannya. Intinya guru hendaknya memberikan contoh yang baik sesuai tuntunan Alquran dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari. Dengan harapan, peserta didik nantinya memiliki kecerdasan intelektual yang terbukti dengan prestasi akademik nasional dan internasional, emosional dan spiritual.
Metode inilah yang sekarang umum diterapkan dalam dunia pendidikan, karena metode ini sebenarnya mencakup dari semua metode-metode yang telah dijelaskan didalam falsafah pendidikan islam. Disamping itu, metode ini sangat simple sekali, dan murid tidak akan merasa terbebani dengan beberapa metode yang seperti dijelaskan didalam falsafah pendidikan islam.
Daftar Pustaka
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Prof. Dr., Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975.
Ahmad Tafsir, Prof, Dr, Filasafat Pendidikan Islam, Cet. I, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
1 komentar:
wadoooohhhhh Pak Ghoni sangar potox,,,,,, hahahahha
Fajrin
http://newskripsi.blogspot.com
Posting Komentar