Nuzul kekasihku,,,
Rinduku telah melelehkan turunnya salju,
dan senyummu melelehkan lembutnya kalbu.
Pewarna anganku ditengah awang kelabu,
Jangan pernah percaya engkau terbuat dari tulang rusukku yang pilu,
karena itu adalah mimpi kaum-ku,
untuk selalu mendominasi hidupmu yang serba ragu.
Kekasihku,,,
penggoda jiwaku disa’at mesra menggebu,
Jangan percaya begitu saja pada budaya dan agama yang membelenggu,
jika penindasan dan ketidak adilan justru datang dari sana,
bahwa kebebasanmu adalah juga kebahagiaanku,
karena aku percaya kau bisa bertanggung jawab atas kebebasan itu.
Kekasihku,,,
jika bumi masih diijinkan berputar,
dan jika matahari belum kehabisan bahan bakar,
aku akan selalu berdampingan denganmu,
seperti tangan kanan dan tangan kiriku.
Bangkitlah kekasihku,,,
ulurkan tanganmu tuk mereka yang masih terbelenggu,
tuk ke-dua orang tuamu yang masih percaya dengan metos palsu,
oleh poligami, sirkumsisi, seksisme, maskulinisme,
oleh tamparan, siulan, nakalnya pandangan, pingitan.
Teriaklah pujaanku,,,
lawanlah mereka yang membelenggumu,
karena siapapun akan luluh oleh lembutnya suaramu yang merdu,
meskipun fisik dan psikis kita berbeda,
tapi itu bukan alasan untuk membeda-bedakan hak-hak kita.
Bersinarlah wahai bidadariku,,,
masa patriarki harus diakhiri,
matriarki pun harus dicegah terjadi,
kita bersama bukan untuk saling menguasai,
tetapi saling mengerti dan menyayangi
Imgatlah Kekasihku,,,
perjalanan sejarah bukanlah sebuah "hisstory",
tetapi jangan pula "herstory",
lebih indah apabila "ourstory".
Kekasihku,,,
Ikhtiyar kita bukanlah tarakhi yang terkebiri,
melainkan sebuah perjuangan yang tak pernah mati,
jagan hiraukan kerikil-kerikil kecil disampingmu,
karena hanya ingin mengganggumu,
agar engkau tersandung,
dan akhirnya tersakiti.
NB : Puisi ini saya buat untuk memotivasi kekasihku yang saat ini perjuangannya agak terganggu oleh keluarganya yang terlalu mempercayai pada metos masa kuno.
0 komentar:
Posting Komentar